Kelas: LD66
Nama Dosen: Hendra, S.S.,M.Pd
Kode Dosen: D3735
Hari: Rabu
Tanggal: 18- November- 2015
Waktu: 15.00- 16.00
Lama Kegiatan: 1 jam (60 menit)
Lokasi Lengkap: SMP Negeri 119. Jl. Harapan
Jaya 9/5, Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat
PIC: Bapak Tonny
Jumlah siswa/ peserta : 35 orang
Hadir:
Ketua: Sandri Senjaya- 1801422001
Anggota:
1. Herbert Jeremy- 1801378190
2. Nadya Azma Prihasti- 1801413722
3. Juan Fitzgerald Orapau- 1801397334
4. Deni Irza- 1801431265
5. Refdinal Agus- 1801449413
6. Ronaldo Gultom- 1801454123
7. Muhammad Reza Aditya- 1801423401
Anggota yang tidak hadir: 1. Muhammad Reza
Aditya- 1801423401
2. Refdinal Agus- 1801449413
Isi Laporan
Menyusul
minggu lalu, kelompok kami kembali ke SMP Negeri 119 (sekolah sementara yang
ditempati SMP Negeri 10 karena renovasi sekolah lama) untuk melanjutkan materi
kampanye autisme kami. Adapun materi yang kami sampaikan di kelas terkait autisme adalah apa saja penanganan yang tersedia
untuk autistik di Indonesia,
lalu bagaimana kemungkinan pendidikan bagi
autistik, prognosa bagi
individu autistik, kemungkinan untuk “sembuh”,
dan bagaimana penggunaan istilah “penderita
autisme" sebenarnya kurang tepat dalam
mendefinisikan individu yang autis. Selain itu, kami juga memberikan informasi
mengenai fakta-fakta seputar autisme. Fakta-fakta tersebut meliputi penjelasan
bahwa autisme tidak menular dan penyebab autisme masih terus diselidiki.
Di samping itu, masih tak ada tanda-tanda akan munculnya terapi instan untuk menanggulangi autisme.
Oleh sebab itu, individu autistik memerlukan penanganan terpadu: diagnosa
akurat, pendidikan tepat, dan dukungan kuat.
Setelah
memaparkan fakta autisme, kami mengadakan permainan mitos atau fakta. Permainan
itu kami adakan agar siswa-siswi mampu membedakan yang benar-benar fakta
mengenai autisme dan mana yang hanya mitos. Melalui permainan ini, kami
berharap siswa-siswi tidak lagi mempercayai mitos yang berhubungan dengan
autisme, apa lagi mitos yang bersifat mengucilkan individu autistik.
Hari itu, kami mempersiapkan pengajaran
dengan tahapan:
1. Mencari waktu luang yang sama di
antara anggota-anggota kelompok
2. Menelepon sekolah untuk mengatur
jadwal pengajaran materi
3. Mempersiapkan dan melatih penyampaian
isi materi
4. Berkumpul di Universitas Bina
Nusantara Kampus Anggrek
5. Mengonfirmasi jadwal yang telah
ditetapkan dengan kembali menelepon sekolah
6. Sampai di sekolah, kami pergi ke
ruang guru dan berkomunikasi dengan pak Tony
mengenai informasi kelas yang akan kami ajar
7. Sampai di kelas, kami memberikan form
evaluasi kepada guru bersangkutan dan mulai mempersiapkan InFocus untuk materi
pengajaran.
Materi yang disampaikan hari ini
diharapkan menambah kesadaran masyarakat dengan informasi-informasi yang akurat
mengenai autisme. Dengan informasi yang benar, tindakan diskriminasi terhadap
individu autistik akan berkurang.
Hari
itu, kelompok kami kembali menggunakan metode pengajaran classroom. Adapun hal positif dari metode pembelajaran ini adalah
penyampaian materi yang tersampaikan secara efektif karena semua siswa langsung
mendengar dan menyimak. Selain itu, kreativitas dari metode classroom juga terbantu dengan sarana
InFocus yang menyediakan berbagai bahan kampanye agar siswa-siswi terus
tertarik untuk mendengarkan.
Meskipun
demikian, metode ini juga tidak terlepas dari kekurangannya. Terkadang sangat
sulit untuk menenangkan siswa-siswi yang ribut. Hal tersebut biasanya terjadi
setelah games diadakan. Akan tetapi
hal ini bukan berarti permainan harus dihilangkan karena justru permainan itu
juga bisa digunakan untuk mengembalikan fokus peserta.
Kinerja
yang dilakukan sudah sangat baik. Kali ini tak ada komentar apapun dari pihak
sekolah.
Design Atribut Campaign
Penutup
Hasil Kegiatan:
Seperti minggu lalu,
puji Tuhan banyak yang mendaftar menjadi duta autisme. Berikut siswa-siswi yang
mendaftar:
Adapun total
siswa-siswi yang mendaftar ada sebanyak 31 orang.
Dengan demikian,
kesimpulan dari kegiatan kami hari ini adalah ternyata masih banyak masyarakat
yang belum sepenuhnya paham akan autisme. Begitu pula dengan kami. Dengan
menghafalkan bahan materi dan mensosialisasikannya, kami semakin mengerti apa
itu autisme dan kami harap, semakin banyak masyarakat yang sadar bahwa autisme
bukanlah suatu aib ataupun seorang yang harus dikucilkan. Mereka juga bagian
dari kita, dan dengan melakukan sosialisasi ini kita sudah turut berkontribusi
dalam meningkatkan kesadaran tentang autisme.
Hal yang perlu
diperbaiki:
1. Pelafalan yang
lebih jelas
2. Berusaha untuk
lebih interaktif lagi
Jumlah peserta: 35 orang.